Ida Pedanda Istri Raka Kelaci
Demi Pengabdian Ngajag Denpasar-Singaraja

Tidak mudah menemukan sosok Peranda Istri Kelaci, hanya ingin mengabdi di dunia pendidikan dan demi anak-anak TK, rela ngajag dari Denpasar-Singaraja. Padahal gaji sebagai PNS waktu itu tidak mencukupi, yang hanya 70 ribu rupiah. Itulah pengabdian yang tidak bisa diukur dengan materi.

Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi Ida Pedanda Istri Raka Kelaci dengan nama walaka Ida Ayu Kade Sindhu. Saat walaka, dengan mengantongi ijazah SPG TK mengawali kariernya sebagai guru di sebuah Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Negeri Singaraja. Sebuah perjuangan dan ketulusan yang tidak dapat diukur dengan materi. Bagaimana tidak, setiap hari bolak-balik Denpasar-Singaraja.
“Tiang jam lima pagi sudah berangkat naik angkutan umum menuju Singaraja. TK Negeri Singaraja merupakan satu-satunya TK dengan status negeri saat itu di Bali. Ngajag karena tanggung jawab dengan keluarga, saat itu anak masih kecil-kecil jadi setelah selesai mengajar langsung pulang ke Denpasar,” ungkap Ratu Istri mengenang kejadian 34 tahun silam.
Jam 11 siang kegiatan di sekolah TK telah berakhir, waktu pulang terasa lebih cepat ketimbang berangkat. Melelahkan memang setiap hari berangkat pagi-pagi dan tidak lama kemudian sudah kembali ke Denpasar. Lelahnya terasa dalam perjalanan namun ketika sampai di sekolah, semangat baru mengiringi hari-harinya sebagai seorang pendidik.
Apa yang memacu Ratu Peranda Istri sehingga bisa menjalani hal tersebut apalagi waktu itu untuk golongan 2 gajinya hanya 70 ribu rupiah perbulan. Untuk uang bemo saja sudah habis. Namun demikian menurutnya saat itu menjadi pegawai negeri merupakan hal yang sangat diminati orang-orang, pensiunan yang menjanjikan serta makna pendidikan yang memang lekat dalam jiwanya.
Bukan hal yang mudah untuk menyelami dunia anak-anak, namun akan menyenangkan ketika mengetahui celah untuk memasukinya. “Dulu TK merupakan program pendidikan usia dini, anak-anak belum diajarkan menulis dan membaca. Sebagai taman bermain, mereka diberikan pengenalan terhadap warna-warna, bentuk, diajarkan makan bersama. Dibentuk sifat dasarnya, mengenai budi pekerti karena akan menjadi pendidikan awal sebelum menginjak penididkan selanjutnya,” jelas Ratu Pedanda Istri.
Taman kanak-kanak akan menjadi masa yang indah bagi anak-anak. “Kita selalu bermain-main dengan anak-anak. Dalam penulisan raportnya pun kita tidak memakai nilai, tetapi dengan kata-kata yang akan memacu semangatnya,” tambah Perandi kelahiran 28 Agustus 1938 ini.
Menjadi guru TK sangat berkesan bagi sulinggih yang selalu terlihat ramah ini, pasalnya dengan menjadi guru TK berarti dekat dengan orangtua anak-anak. Perkembangan anak serta permasalahannya di sekolah dengan teman-teman atau dalam mengikuti kegiatan di sekolah bisa langsung dibicarakan. Terjadi hubungan yang baik antara guru dengan orang tua anak-anak. Tidak sampai tahun kurang lebih tahun 1975 statusnya pindah ke Kanwil P&K, dari guru pindah ke pegawai negeri ditempatkan di bidang Pendidikan Dasar dan Guru.
Setelah menjalani masa walaka dan pensiun dari Kepala Bidang Kesenian, atas kesepakatan keluarga besar Drs. Ida Bagus Raka nama walaka suami Ida Pedanda Istri Raka Kelaci sepakat untuk masuci (madwijati). Saat itu tiang belum pensiun, sehingga masih statusnya bekerja tetapi tidak ke kantor karena tidak diijinkan pensiun muda. Tentunya tiang ngiring Ratu Lanang, tidak kerja tetapi dapat gaji, jadinya makan gaji buta,” ungkap Ratu Istri seraya tersenyum.
Griya yang telah lama vakum kurang lebih 15 tahun akhirnya kembali besinar dengan kehadiran sosok sulinggih di Griya Braban Denpasar. Bertepatan dengan Wrespati Pon, Landep, 21 Maret 1991 dilaksanakan upacara padiksaan Ida Bagus Raka dan Ida Ayu Kade Sindhu dengan bhiseka Ida Pedanda Raka Gede Kelaci dan Ida Pedanda Istri Raka Kelaci.
“Setelah mabersih, tiang benar-benar lepas dari rutinitas saat masih walaka. Termasuk baju-baju saat walaka tidak lagi digunakan bahkan arsip-arsip surat sama sekali tidak ada yang tiang perhatikan. Lepaslah sudah, kehidupan baru sebagai seorang wiku tiang jalani mendampingi Ratu Lanang,” ungkap Ratu Istri .

Griya Braban, Denpasar
Kehilangan Batu Pijakan

Memang kuasa Tuhan setelah 14 tahun mengabdi untuk masyarakat, Ida Pedanda Lanang lebar. Berdasarkan pilihan griya Ratu Istri dipilih untuk melanjutkan tugas Ratu Pedanda Lanang melayani masyarakat. Baru mulai belajar mapuja dan bisa muput karya. “Sebelumnya Ratu Lanang lunga, tiang di griya manten sira uning wenten nak tangkil mangda ten suung ring griya,” ungkapnya. Ditinggalkan Ratu Lanang berarti tanggung jawab bertambah. Di sinilah menjadi pembuktian kemampuan yang dimiliki oleh Ida Pedanda Istri.
“Sisya akeh, dumun Ida nak manying maklum anak tunggal. Walaupun sudah menjadi sulinggih namun manusia juga masih ada sifat yang memang bawaan tidak bisa dilepas. Justru setelah ditinggal Ratu Lanang, Ida menjadi semakin kuat dan mampu berbuat lebih. Jika dulu Ida sakit flue saja ada yang ngayahin tetapi sekarang semuanya harus sendiri. Pagi-pagi nyurya srawana sendiri, mau tidak mau harus tetap dijalankan. Karena rasa tanggungjawab malah Ida mampu melakukan bahkan sangat jarang sakit. Istilahnya saat inilah keluar kekuatan Ida yang dulu tidak keluar karena nyaman ada yang mendampingi,” tutur Gus Bintana.
Sosok Ratu Peranda Istri Raka Kelaci di mata anaknya merupakan seorang ibu yang mengutamakan pendidikan. “Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak menjadi orang. Tiang kanggoange ring kawentenan tiange. Sejak tahun 1991 secara status keseharian anggaplah tidak lagi mempunyai aji ibu. Begitu orang tua mabersih, berarti telah lepas dari kehidupan duniawi. Konsep seorang sulinggih mengabdi pada masyarakat tidak terkait dengan imbalan. Situasi yang sangat berat, karena sejak kecil telah dididik kemudian dilepas sehingga bisa menggantikan orang tua untuk menjaga adik-adik. Apalagi mengubah status, mulai dari memanggil ibu aji menjadi ratu. Ini sangat sulit. Lama tiang tidak berani hadir di hadapannya karena perubahan-perubahan tersebut. Namun kini menjadi pengabih Ratu Peranda,” jelas Ida Bagus Putu Bintana, anak sulung Ratu Peranda Istri Raka Kelaci.



Parindikan Sulinggih
Ida Pedanda Istri Raka Kelaci
Nama Walaka : Ida Ayu Kade Sindhu
Tempat tgl. lahir : Griya Sangging Wanasari, Tabanan, 28 Agustus 1938
Alamat Griya : Griya Braban, Denpasar.
Riwayat Pendidikan : SPG TK tahun 1974
Riwayat Pendidikan : Guru TK di TK Negeri, Singaraja, Kanwil P&K.
Suami : Ida Pedanda Raka Gede Kelaci (alm)
Nama walaka : Drs. Ida Bagus Raka
Riwayat Pekerjaan : Kepala Bidang Kesenian
Didiksa : Wrespati Pn Landep, 21 Maret 1991
Nabe : Ida Pedanda Gede Putra Timbul
Alamat Nabe : Griya Puseh Timbul, Intaran, Sanur.